Jakarta – Menteri Kesehatan Nila Djoewita Moeloek telah meninjau langsung kondisi anak-anak yang menjadi pasien gizi buruk di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
Salah satu lokasi yang dia kunjungi ialah RSUD Agats di Asmat. Di rumah sakit itu, terdapat sejumlah ibu dan anak warga Asmat yang dirawat. Kondisi anak-anak yang terkena wabah gizi buruk, menurut Nila, sangat memprihatinkan.
“Terus terang memang ini kita harus menolongnya,” kata Nila, dalam diskusi di gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (29/1/2018).
“Betul-betul mereka itu anak-anak, ibu-ibu yang kekurangan gizi. Betul-betul ini busung lapar, dengan perutnya yang buncit,” ujar dia.
Forum yang mengangkat tema “Memajukan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Papua” itu dihadiri Deputi II Kepala Staf Presiden Yanuar Nugroho, Menteri Sosial Idrus Marham, Plt Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Diah Indrajati, Kapuspen TNI Sabrar Fadhilah, dan pejabat Kemenkominfo.
Nila yang juga berlatar belakang dokter ini langsung meyakini bahwa di dalam perut buncit anak-anak yang terkena gizi buruk itu terdapat cacing pita.
“Sebagai dokter, tentu saya bisa mikir ini isinya bukan karena buncit, tapi cacing, jelas. Kita tahu cacing pita ada, postif itu,” ujar Nila.
Selain itu, kondisi pernafasan anak-anak korban gizi buruk, menurut Nila, terengah-engah.
“Pasti TBC, (atau) malaria,” kata Nila.
Sayangnya, ketika ibu dari anak-anak dengan gizi buruk itu ditanya penyebabnya, dia kurang mendapat penjelasan yang baik. Sebab, para ibu tersebut tidak bisa memahami bahasa Indonesia dengan baik.
Nila mengatakan, pengobatan terhadap anak kurang gizi mesti dilakukan secara perlahan. Cacing pita dalam perut anak yang kurang gizi ketika diberi obat cacing akan keluar dari tubuh melalui dubur, mulut, bahkan hidung.
Namun, lanjut Nila, yang paling berbahaya kalau cacing pita itu masuk ke paru-paru. Sehingga, menurut dia, pengobatan terhadap anak gizi buruk tidak bisa sembarangan.
“Anak kurang gizi ini kalau diberi makan langsung enggak mungkin. Kita harus pelan-pelan obati cacingnya,” ujar Nila.
Sementara itu, Kemenkes menyatakan telah memeriksa 12.398 anak sejak September 2017 sampai 25 Januari 2018. Kemenkes menyatakan telah memberikan pelayanan optimal.
Data Kemenkes menyebutkan, terdapat 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk di Asmat. Selain itu ditemukan pula 25 anak suspek campak serta empat anak yang terkena campak dan gizi buruk.
Mereka kini ditangani di RSUD Agats dan tim gabungan Dinas Kesehatan Provinsi Papua serta Kabupaten Asmat.
Kemenkes RI pada 16 Januari 2018 telah mengirim 39 tenaga kesehatan yang terdiri dari 11 dokter spesialis, empat dokter umum, tiga perawat, dua penata anestesi, dan 19 tenaga kesehatan dari ahli gizi, kesehatan lingkungan, dan surveillance.
“Saya berterima kasih ke tenaga kesehatan yang di sana. Ada dokter, ada tenaga TNI datang, dokter Kemenkes bantu di situ saat ini,” ujar Nila.
Menjadi yang terupdate, dengan berlangganan setiap postingan artikel terbaru Forum Merdeka
Barat 9