Kesenjangan infrastruktur di berbagai wilayah Indonesia disebut sebagai penghambat transformasi digital secara nasional. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dan ketersediaan teknologi harus menjadi basis pendidikan sebagai solusinya.
Revolusi digital di Indonesia tengah bergulir dengan cepat. Indonesia pun tampil di barisan utama tren perkembangan digital di Asia Tenggara. Terbukti, jutaan startup tumbuh di sini. Beberapa diantara mereka yang berhasil mencuat dan menabalkan diri sebagai unicorn.
Dari waktu ke waktu, seiring dengan ekosistem yang disiapkan secara matang oleh pemerintah, startup Indonesia terus tumbuh. Mereka menggeliat memperbesar pasar. Diprediksi, pada 2025 ekonomi digital Indonesia tumbuh empat kali lipat dengan nilai mencapai USD 240 miliar.
Pengamat Pendidikan Darmaningtyas mengatakan bahwa perkembangan pesat teknologi IT, tentu saja membutuhkan paradigma baru dari semua pihak, baik dari kalangan pemangku kebijakan maupun pelaku usaha serta masyarakat pada umumnya.
Sejauh mana, kinerja pemerintah mendorong ekosistem digital, dan siap menyambut pertumbuhan dan investasi ekonomi digital. Selain itu seberapa siap SDM unggul Indonesia memberdayakan perubahan teknologi yang serba cepat saat ini.
Sementara, dikatakan dia, untuk SDM, latar belakang pendidikan yang rendah dan kelas ekonomi bawah juga harus menjadi perhatian. Sebab proses pembelajaran terkait digitalisasi akan menjadi beban.
“Kebijakan up skiling SDM hanya akan tepat sasaran dan menghasilkan SDM yang produktif bila mempertimbangkan kondisi geografis setiap wilayah dan perbedaan lapisan sosial tersebut,” kata Darmaningtyas dalam diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB 9) yang diinisiasi Kementerian Kominfo di Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2019).
Ia mengatakan, sebagian besar di sejumlah wilayah Indonesia, dari sisi infrastruktur telah mendukung transformasi digital.
“Jawa, sebagian Sumatera, Bali, dan sebagian Sulawesi mungkin infrastrukturnya mendukung untuk transformasi digitalisasi, tapi yang belum tentu,” ujarnya.
Menurutnya, wilayah-wilayah yang infrastruktur minim seperti ketersedian transportasi, telekomunikasi dan termasuk pasokan listrik merupakan bagian kendala, penghambat transformasi digitalisasi nasional.
“Saat ini sekitar 30 juta orang Indonesia bekerja terkait dengan sektor e-commerce dan memberdayakan potensi perempuan Indonesia. Potensi lain perubahan teknologi yang membawa manfaat sangat besar datang dari sejumlah perusahaan berbasis aplikasi, seperti kontribusi perusahaan Tokopedia dan Gojek terhadap perekonomian nasional,” tuturnya.
Menjadi yang terupdate, dengan berlangganan setiap postingan artikel terbaru Forum Merdeka
Barat 9