Jakarta – Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang juga Ketua Komite Keselamatan Konstruksi, Syarief Burhanuddin memastikan, pemberhentian sementara pembangunan semua konstruksi yang melayang tidak akan mengganggu target waktu penyelesaian proyek.
Pemberhentian sementara itu diperkirakan berlangsung selama dua minggu, tetapi sangat tergantung dari kesiapan data dan dokumen yang disediakan kontraktor. Dia mengatakan, pemberhentian sementara itu diberlakukan pada 32 proyek jalan tol dan 4 proyek perkeretaapian nasional. “Saat ini sudah ada proyek yang sudah selesai diperiksa dan boleh melanjutkan pembangunannya, yakni proyek jembatan di Papua. Adhi Karya juga sudah siap masuk proses konsultasi. Jika sudah selesai konsultasi, bisa dilanjutkan lagi proyeknya,” ujar Syarief, Kamis (22/2), dalam diskusi bertajuk “Penghentian Sementara Konstruksi Layang”.
Dia mengatakan, proyek strategis nasional terkait target waktu, seperti Asian Games dan mudik Lebaran, didahulukan.
Apabila dari penelitian dan pemeriksaan itu ditemukan ada kesalahan, sanksi akan dijatuhkan. “Sanksinya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. Ada enam lapis yang harus diperiksa apabila terjadi kecelakaan konstruksi,” katanya
Sementara Direktur Operasi II PT waskita Karya (Persero) Tbk Nyoman Wirya Adnyana mengatakan, jajaran direksi bertanggung jawab apabila memang ditemukan ada kesalahan. “Memang bisa jadi ada unsur kelalaian, seperti tidak memperhitungkan kecepatan angin saat meletakkan girder, atau kelalaian yang lain,” kata Nyoman.
Salah satu proyek yang dikerjakan waskita Karya adalah Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu. Pada Selasa lalu, cetakan beton kepala kolom di tol ini ambrol.
Nyoman mengatakan, pihaknya melakukan evaluasi internal, salah satunya mengkaji rencana penambahan shift pekerja untuk mencegah terulangnya insiden.
Jenis gelagar yang digunakan adalah nonstandar, panjangnya 50 meter. Sementara itu, panjang baku gelagar adalah 40 meter.
Nyoman menambahkan, pemasangan gelagar nonstandar butuh kecermatan karena ukurannya cenderung lebih ramping dibandingkan dengan gelagar standar. Titik seimbang dalam pengangkatan dan peletakan gelagar nonstandar pada tiang penopang harus presisi. “Kalau meleset sedikit saja, bisa jatuh,” katanya
Menjadi yang terupdate, dengan berlangganan setiap postingan artikel terbaru Forum Merdeka
Barat 9