Jakarta – Investasi asing mutlak diperlukan bagi perusahaan rintisan (start-up) digital yang ingin menjadi unicorn. Muncul kekhawatiran, jika didominasi modal asing, sewaktu-waktu investor bisa menarik dananya dan akan meruntuhkan perusahaan rintisan yang telah punya valuasi di atas USD 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun itu. Namun, hal tersebut ditepis Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong.
Dia menekankan, modal yang masuk start-up tidak seperti di perbankan yang bisa ditarik sewaktu-
waktu. Investor sudah menyadari dari awal, jika sudah masuk, tidak akan bisa keluar Hanya ada tiga cara untukkeluar. Pertama, melalui pencatatan saham perdana (IPO). Kedua, dijual ke investor lain, dan terakhir nilainya dinolkan. “Tenaga ahli hampir semuanya orang kita sendiri, ini menciptakan peluangyang luar biasa,” ungkapnya kemarin (26/2).
Menjadikan nilai nol, yakni dengan dihapusbukukan atau melepas begitu saja. Menurut Thomas, hal itu lazim dilakukan di dunia modal ventura. Start-up banyak sekali yang tidak berhasil, namun profit keuntungan dari yang sukses jauh melampaui kerugian investasi-in vestasi yang tidak berhasil.
Menkominfo rudiantara mengatakan, start-up dan unicorn tumbuh cepat karena mereka menyelesaikan permasalahan di Indonesia. Misalnya, Go-Jek dan Traveloka. “Masak kita mau terbang beli tiket lagi di travel biro, kan enggak\’ paparnya.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menambahkan, Indonesia menjadi market besar sehingga diperlukan regulasi khusus yang mengatur industri keuangan digital.
Menjadi yang terupdate, dengan berlangganan setiap postingan artikel terbaru Forum Merdeka
Barat 9