Jakarta – Realisasi defisit anggaran hingga akHir September 2017 diperkirakan makin lebar. Sebab di tengah penerimaan yang minim, pemerintah mengaku akan terus memacu belanja.
Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, realisasi defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan sampai akhir September 2017 mencapai 2,03% dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau sebesar Rp 277,03 triliun. Jumlah itu melebar dibanding periode sama tahun 2016 yang hanya Rp 223,5 triliun. Sedangkan di akhir Agustus 2017 realisasi defisit sebesar Rp 225,1 triliun atau sebesar 1,6596 dari PDB.
Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kemkeu Askolani mengakui, realisasi defisit anggaran memang lebih tinggi. Namun angka tersebut diklaim masih sesuai perhitungan pemerintah. “Sampai akhir September defisit tetap terkendali, didasarkan target di tahun 2017 berkisar 2,6%-2,9% dari PDB,” kata Askolani kepada KONTAN, Senin (16/10).
Dia menjelaskan, pelebaran defisit anggaran itu lantaran pertumbuhan penyerapan belanja yang lebih tinggi dibanding pendapatannya. Catatan Kemkeu, realisasi belarya negara hingga akhir September 2017 sebesar Rp 1.375,98 triliun. Jumlah itu sama dengan 64,5% dari target APBN-P 2017 yang sebesar Rp 2.133,3 trili-im. Nilai itu naik sebesar 5;4% YoY dan melonjak 14,83% dibandingkan pencapaian Agustus 2017 (lihat tabf).
Lonjakan belanja memang sudah meryadi rutinitas dalam penyerapan anggaran. Memasuki semester kedua, penyerapan belanja negara selalu melonjak. Khusus pada September lalu, besarnya penyerapan belanja negara Rp 177,68 triliun, melesat dari rata-rata penyerapan selama Januari-Agustus yang sebesar Rp 149,79 triliun.
Askolani menjelaskan, penggunaan dana belanja negara hingga September diantaranya terdiri dari realisasi belanja kementerian atau lembaga (K/L) Rp 450 triliun atau 56% dari target. Jumlah itu lebih besar dari pencapaian tahun 2016 yang sebesar Rp 428 triliun atau 55% dari target. Sedangkan realisasi belanja non kementerian dan lembaga sebesar Rp 358 trilun atau 63% dari target. Ini juga lebih tinggi dari periode sama tahun 2016 yang Rp 39 triliun atau 63% dari target.
Sementara realisasi penerimaan negara hingga akhir bulan lalu mencapai Rp 1.098,95 triliun, atau 63,3% dari target dalam APBN-P 2017 sebesar Rp 1.736,1 triliun, naik 1,58% YoY. Jumlah itu diantaranya terdiri dari realisasi penerimaan pajak Rp 770,7 triliun atau 60% target. Juga realisasi penerimaan bea dan cukai Rp 104,24 triliun atau 55,11% dari target yang ditetapkan.
Pajak akan naik
Walau realisasi defisit melebar, Kemkeu yakin realisasi defisit anggaran hingga akhir tahun tak akan melewati batas 3%, bahkan di bawah target di APBNP 2017 sebesar 2,92%. Sampai akhir tahun outlook realisasi defisit ada di level 2,67% dari PDB.
Menurut Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, realisasi defisit anggaran hingga akhir tahun masih di bawah target karena penerimaan pajak pada akhir tahun akan terkumpul lebih banyak. “Oktober, November, dan Desember merupakan periode-periode penerimaan pajak mencapai titik tertinggi,” jelas mardiasmo , Selasa (17/10).
Di sisi lain, terdapat penghematan anggaran belanja secara alamiah. Penyaluran belanja kementerian dan lembaga, serta dana transfer ke daerah akan menyesuaikan, perkembangan ekonomi dan realisasi di lapangan.
Dengan alasan itu Kemkeu memastikan tidak akan ada lagi pemangkasan anggaran kementerian dan lembaga hingga tutup buku tahun 2017. Tidak ada pemangkasan anggaran. Kami masih bisa konsisten inline dengan 2,67%. In case kurang bisa tambah sedikit sampai 2,7%,” kata Mardiasmo menjelaskan.
Menjadi yang terupdate, dengan berlangganan setiap postingan artikel terbaru Forum Merdeka
Barat 9