Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri yang belum lama ini menimpa 170 kabupaten dan kota di 30 provinsi di Tanah Air mulai teratasi. Kini, di 85 daerah yang dinyatakan KLB difteri tersebut, tidak lagi ada laporan kasus baru. Sepanjang 2017, tercatat 954 kasus difteri terjadi di daerah KLB difteri. Ada 44 kasus di antaranya bermuara pada kematian.
KLB Difteri merupakan cobaan bagi bangsa ini, tidak terkecuali PT Biofarma sebagai produsen vaksin. Dengan terjadinya kasus difteri, akhirnya terungkap bahwa selama ini Biofarma lebih memprioritaskan kebutuhan vaksin dalam negeri, ketimbang ekspor ke negara luar.
Dalam situasi tertentu, Biofarma berani menunda kegiatan ekspor vaksin demi pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Bahkan, Biofarma sempat menunda ekspor ke Unicef karena harus menutupi kebutuhan vaksin di Tanah Air.
Benar, selama ini terdapat 136 negara telah menggunakan vaksin dari PT Biofarma. Sekitar 50 di antaranya merupakan negara Islam. Kiprah PT Biofarma dalam menyuplai kebutuhan vaksin dunia itu disampaikan Dirut PT Biofarma Juliman dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk Imunisasi, Difteri, dan Gerakan Antivaksin yang berlangsung di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Jakarta, Jumat (12/1). Dalam FMB9, hadir pula sebagai narasumber antara lain Menteri Kesehatan nila moeloek , Sekretaris Satgas Imunisasi IDAI Soedjatmiko. dan Deputi II Kantor Staf Presiden Yanuar Nugroho.
“Produk kami sudah mendapatkan pengakuan dari WHO (World Health Organization), dan kami satu-satunya produsen vaksin di Indonesia,” kata Juliman. Pengakuan dari WHO itu yang membuat dunia mempercayai BUMN Indonesia itu sebagai produsen vaksin yang aman dan berkualitas.
Memasuki 2018, Biofarma akan bekerja keras dalam memproduksi vaksin difteri. Tahun lalu, Biofarma berhasil memproduksi 15 juta vaksin difteri. Sementara tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan meminta Biofarma menyediakan 19 juta vaksin difteri.
Tidak ada kalimat menyerah bagi Biofarma dalam menghadapi tantangan, khususnya dalam menggapai Indonesia yang sehat Biofarma optimistis mampu menutupi permintaan itu. Sepanjang 2018, Biofarma akan meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja korporasinya
Jika biasanya memberlakukan lima hari kerja, tahun ini Biofarma akan menerapkan tujuh hari kerja. Peningkatan produktivitas Biofarma itu, papar Juliman, diprediksi akan mampu memproduksi hingga 20 juta vaksin difteri.
Menkes RI Nila F Moeleok mengatakan, dalam memenuhi kebutuhan vaksin, pemerintah mengandalkan produksi dari Biofarma. Pihaknya mempercayai Biofarma mampu menutupi kebutuhan vaksin dalam negeri.
“Kita dorong Biofarma di 2018 ini dalam memproduksi vaksin yang lebih banyak,” ujar Nila saat kunjungan kerja ke Biofarma di Jalan Pasteur, Kota Bandung, Sabtu (13/1). Dalam kunjungan tersebut, Menkes didampingi Ketua dan anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan, Dede Yusuf dan Ermalina.
Nila menyatakan, pemberian vaksin difteri kepada masyarakat akan terus ditingkatkan. Kita akan gandeng berbagai pihak untuk menyukseskan program pemberian vaksin difteri ini,” tandasnya.
Menjadi yang terupdate, dengan berlangganan setiap postingan artikel terbaru Forum Merdeka
Barat 9