Jakarta — Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Anang Latif, mengatakan proyek Palapa Ring bagian timur sudah beroperasi penuh. Namun, kata dia, pengoperasian proyek ini belum masuk fase komersial. “Masih uji coba gratis selama tiga bulan,” kata dia di kantornya, kemarin Menurut Anang, hal ini merupakan salah satu insentif yang diberikan pemerintah kepada operator. Sebab, kata dia, para operator juga sedang menyiapkan berbagai sarana, seperti menara pemancar (BTS) untuk mendukung penetrasi jaringan. Sarana lainnya ialah penarikan dan penyambungan kabel optik milik operator ke infrastruktur Palapa Ring.
Anang mengatakan perlu ada keringanan bagi operator untuk berpartisipasi dalam proyek tol langit tersebut. Sebab, ketimpangan jaringan wilayah timur dan barat sangat tinggi. “Biayanya bisa tiga atau empat kali lipat karena harus lewat laut dan medan pegunungan yang menantang,” kata Anang.
Ihwal tarif, Anang mengatakan nilainya tidak akan meleset dari skema yang sudah diterbitkan Bakti melalui Keputusan Dirut BAKTI Nomor 75 Tahun 2019. Tarif komersial bulanan data pergiga bita mencapai Rp 10-69 ribu. Untuk paket 10 gigabita per bulan ada pada Rp 80- 552 ribu.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan ada 18 entitas yang sudah menyampaikan minatnya untuk berpartisipasi dalam jaringan Palapa Ring, dari first mail hingga last mail. Untuk last mail atau penyebaran jaringan ke masyarakat, Telkomsel ditunjuk sebagai mitra khusus promosi dan uji coba.
Vice President Regulatory Management Telkomsel Andi Agus Akbar, mengatakan sudah berancang-ancang menggarap infrastruktur fiber optik sejak awal tahun. Menurut dia, Palapa Ring bisa menghemat pengeluaran operasional dan modal transmisi hingga 30 persen. Saat ini, kata Andi, Telkomsel melayani jaringan komunikasi dan Internet masyarakat Indonesia timur dengan satelit. “Dengan fiber optik, performa jaringan bakal lebih bagus dan stabil,” kata Andi. Telkomsel saat ini sedang mempersiapkan pembangunan 449 menara pemancar di Papua, Papua Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Pegiat usaha rintisan (start-up) digital asal Papua, Billy Mambrasar, berharap ketimpangan telekomunikasi di wilayah Indonesia timur cepat teratasi. Pendiri Kitong Bisa ini mengatakan banyak potensi usaha yang dimiliki warga Papua. “Untuk mendukung ekonomi digital, seperti e-commerce, masih ada halangan,” katanya.
Makin ke Timur, Makin Mahal
Kementerian Komunikasi dan Informatika melansir tarif jaringan Palapa Ring yang dibebankan kepada operator. Untuk menarik minat operator, Bakti menyediakan paket borongan dan kerja sama pembangunan menara pemancar bersama.
Tarif Pita Lebar Wilayah Barat (Rp juta per bulan)
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti)
Kapasitas 1 gbps 20 55,7 23 Kapasitas 10 gbps 160 445,6 184 sTM4 20 55,7 23 STM16 64 178 73.6 Tarif Borongan Tiga Proyek (Rp juta per bulan)
1 gbps 78,96
10 gbps 631,68
STM4 78,96
STM16 252,672
Tarif Tertinggi Wilayah Timur Proyek 9-17 (Rp juta per bulan)
Kapasitas 1gbps | 69 Kapasitas 10 gbps 552 STM4 69
STM-16 2
Keterangan : Wilayah Timur: Proyek 9-10: Nusa Tenggara Timur, Maluku, Proyek 11-17: Papua Papua Barat
Wilayah Barat Proyek 1: Dumai, Siak, Bengkalis, Tebing Tinggi, Karimun, Tanjung Pinggir Proyek 2: Tanjung Bemban, Natuna, Tarempa, Singkawang Proyek 3: Tanjung Bemban, Daik Lingga, Kuala Tungkal ‘STM: Synchronous Transport Module
Menjadi yang terupdate, dengan berlangganan setiap postingan artikel terbaru Forum Merdeka
Barat 9