JAKARTA – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyampaikan, arus modal yang masuk ke sektor ekonomi digital dan e-Commerce atau startup telah menopang investasi asing dalam lima tahun terakhir.
Lembong menjelaskan, investasi internasional dalam lima tahun terakhir ini memang ditopang oleh dua sektor. Selain e-Commerce dan ekonomi digital, investasi internasional lainnya ditopang oleh investasi pada smelter atau pabrik pemurnian logam, terutama nikel.
“Tanpa dua sektor ini, investasi internasional di Indonesia akan turun,” kata Thomas Lembong dalam acara Forum Merdeka Barat 9, di Jakarta, Selasa (26/2).
Lembong menyampaikan, pemerintah sebetulnya baru menyadari betapa besarnya peran dari arus modal ke startup unicorn atau e-Commerce sekitar tiga tahun lalu. Karena pertumbuhan startup dan juga arus modal yang begitu cepat, Lembong juga mengaku kualahan untuk memonitor arus modal tersebut. Namun ia memperkirakan Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk ke startup, termasuk ke startup unicorn, sebesar US 2-2,5 miliar per tahun.
“Pada dasarnya yang namanya FDI itu, kisarannya USS 9-12 miliar dolar per tahun. Perkiraan kami porsi yang masuk ke startup, termasuk ke unicom antara 15-20% dari angka itu, jadi sekitar USS 2-2,5 miliar per tahun,” kata Lembong.
Lembong juga memprediksi FDI yang masuk ke sektor ekonomi digital dan e-Commerce pada tahun ini akan semakin meningkat. “Sejauh ini tidak ada indikasi investor mulai kapok, gelisah, atau kehilangan antusiasmenya atas potensi ekonomi digital Indonesia. Yang saya lihat tahun ini malah makin kencang ke sektor ekonomi digital dan e-Commerce” kata Lembong.
Di tempat yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika, rudiantara mengatakan, menjamurnya perusahaan rintisan atau startup di Indonesia telah membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Kehadirannya mampu menarik aliran modal asing ke dalam negeri. Saat ini bahkan sudah ada empat startup Indonesia yang berstatus Unicorn dengan nilai valuasi lebih dari USS 1 miliar, yakni Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.
rudiantara menyampaikan, adanya investasi asing ke startup unicorn Indonesia tidak akan membuat startup tersebut dikuasai pihak asing seperti yang dikhawatirkan. Perkembangan unicorn juga tidak berarti akan mempercepat uang lari ke luar negeri lantaran banyaknya investor asing di dalamnya.
Sebaliknya, rudiantara menyebut investasi asing yang masuk ke startup unicorn justru menjadi
salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kalau kita hanya mengandalkan APBN, investasi dalam negeri dan juga ekspor, ekonomi kita tidak akan tumbuh cepat. Justru dengan adanya investasi asing, termasuk ke dalam startup unicorn, itu menjadi salah satu faktor yang bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi,” kata rudiantara .
Menguntungkan Masyarakat
Modal ventura atau investasi yang diberikan kepada startup menurutnya juga sangat berbeda dengan investasi konvensional. Para investor tidak akan masuk dijajaran manajerial, sebab investasi mereka sebenarnya ditujukan kepada orang atau pendiri startup yang menjadi otak dari bisnis tersebut.
“Kalau mau invest ke startup unicorn, justru yang dipersyaratkan itu pendirinya tidak boleh keluar. Mereka hanya sebagai financial investor saja. Paling mentok hanya jadi komisaris, bukan di manajemen atau jadi CEO. Mereka itu invest karena kepercayaan mereka terhadap kemampuan SDM-nya. Jadi yang pegang kendali tetap foun-demya, orang-orang Indonesia yang menjadi otak dari startup tersebut,” terangnya.
Rudiantara menambahkan, investor asing yang menanamkan dananya di startup Indonesia juga sudah pasti akan menguntungkan masyarakat Indonesia.
Menjadi yang terupdate, dengan berlangganan setiap postingan artikel terbaru Forum Merdeka
Barat 9