Jakarta – Tenaga Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) donny Budi Utoyo mengemukakan, saat ini agitasi dan propaganda kelompok radikal dan teroris kerap dilakukan di dunia maya atau media sosial (medsos).
Tujuannya, untuk memengaruhi warganet dengan “kampanye-kampanye” mereka. Donny menyebut sebanyak 143 juta pengguna media sosial (medsos) di Indonesia sangat berpotensi terpapar virus radikalisme dan terorisme.
“Kita harus bicara hulu dan hilir. Hulu seperti apa? Ya itu, literasi, bicara isi, dan narasi. Hilirnya baru pemblokiran,” ujarnya dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (Dismed FMB9) bertajuk “Cegah dan Perangi Aksi Teroris” di Gedung Serba Guna Kemkominfo, Jakarta.
Dia mengungkapkan, dalam 3-4 hari sejak pertama kali serangan bom di gereja di Surabaya, 1.285 akun medsos diblokir Kemenkominfo.
Menurutnya, sudah jauh-jauh hari pihaknya memproses pemblokiran dan lebih diintensifkan setelah kasus bom Surabaya.
“Upayanya lewat aduan konten, internet sehat, dan siber kreasi. Isinya melakukan literasi digital, cara menghindari paham radikal,” ucap donny .
Menjadi yang terupdate, dengan berlangganan setiap postingan artikel terbaru Forum Merdeka
Barat 9